Ya, setiap orang perlu belajar untuk menjadi orangtua. Menjadi orangtua bukan sekadar memenuhi hasrat seksual, yang akibat biologisnya adalah punya anak. Juga bukan sekadar untuk memenuhi kebutuhan psikologis, menikmati interaksi dengan anak hanya pada bagian yang kita sukai saja. Juga bukan untuk memenuhi kebutuhan sosial, punya anak karena orang lain punya anak.
Saat anak sudah hadir di kandungan, pasangan orang tua harus tahu bagaimana ia harus diperlakukan. Salah perlakuan bisa membuat bayi tadi terancam jiwanya, atau lahir cacat. Saat bayi sudah lahir, maka orangtua harus tahu bagaimana cara merawatnya. Perawatan diperlukan tidak hanya untuk fisik saja, tapi juga untuk kebutuhan psikisnya. Demikian pula seterusnya. Orangtua tidak boleh berhenti belajar, guna memenuhi kebutuhan untuk mendidik anak-anaknya.
Nah, banyak orangtua enggan melakukan itu. Makin besar anak tumbuh, makin kompleks kebutuhan pendidikannya. Artinya, makin kompleks hal-hal yang harus dipelajari. Guna mendorong anak saya agar tertarik belajar program komputer, saya harus belajar ulang tentang dasar-dasar pemrograman, misalnya. Kita harus terus belajar, karena kebutuhan anak kita yang sangat dinamis.
Jadi, sebenarnya tidak ada istilah tidak bisa dalam mendidik anak kita sendiri. Yang ada hanyalah tidak mau.
Hasanudin Abdurakhman cendekiawan, penulis dan kini menjadi seorang profesional di perusahaan Jepang di Indonesia
(mmu/mmu)