bumilampung.com – Di Indonesia peternak ayam cukup banyak hampir di setiap kota terdapat peternakan ayam terutama ayam pedaging (boiler) dan ayam petelur. Namun tidak demikian halnya dengan peternak ayam kampung yang jumlahnya tergolong masih sedikit.
Memulai usaha tidak selalu membutuhkan modal besar untuk bisa sukses. Kerja keras dan kesabaran merupakan modal yang lebih berharga ketimbang materi. Prinsip itulah yang dipegang oleh Kurniawan, peternak ayam asal Bandarlampung yang berhasil mengembangkan bisnis unggasnya dengan jutaan bahkan puluhan juta rupiah.
Tidak ada yang menyangka kesuksesan tersebut berawal dari modal yang sangat sedikit sebesar Rp 25.000. Kurniawan sendiri adalah dosen Politeknik Negeri Lampung (polinela) yang memilih untuk membuka usaha sampingan peternakan ayam herbal yang keuntungannya mencapai 100 persen.
Kurniawan mulai terjun ke bisnis unggas sejak 2014. Setelah lulus dari universitas, Kurniawan mencoba peruntungan dari bisnis peternakan ayam, peternakan ayam miliknya berbeda dengan yang lain, ayam kampung miliknya adalah ayam kampung herbal yang kualitas nya berbeda dengan ayam kampung pada umumnya dari segi rasa, tekstur dan aroma.
Menurut Kurniawan, sedikit jumlah peternak yang mau dan berhasil berternak ayam kampung, karena usaha berternak ayam kampung ini sering diremehkan oleh masyarakat karena berternak ayam kampung tidak menjanjikan.
Berbeda dengan Kurniawan, dia memiliki cara sendiri untuk mengembangbiakan ayam kampung miliknya agar cepat panen dan memiliki keuntungan yang besar. Cara yang digunakan Kurniawan dengan menggunakan ramuan herbal yang dibuatnya sendiri, ramuan tersebut terdiri dari daun sirih, kunyit, laos, bawang putih, temulawak, kencur, jahe, sari tetes tebu (molase) dan ie 4.
Ramuan, kata dia, di olah lalu dicampurkan pada minuman ayam tersebut. Ramuan herbal biasa di jual seharga Rp 25.000/botol bisa tahan sampai berbuan-bulan, dan hanya di beri pakan pur, konsentrat, jagung, dedak, bungkil sawit, bungkil kedelai. Dengan menggunakan cara ini dalam waktu dua bulan dia sudah bisa panen ayam yang kisaran bobotnya mencapai 800 gr.
Kurniawan yang bukan lulusan dari jurusan perternakan ini mengaku, mendapatkan metode yang dia pakai hasil dia belajar dengan peternak ayam kampung yang berada di Jawa Barat.
Menurutnya, kunci keberhasilan dari usaha adalah jangan malu saat memulai usaha. Kandang yang digunakan berdiameter panjang 12 meter x lebar 6 meter, diskat jadi 4 dengan ukuran panjang 3 meter x lebar 6 meter, setiap plong diberi nomor untuk mempermudah saat pemanenan. Satu plong biasanya terdapat 200 ekor ayam.
Sekarang ayam milik Kurniawan mencapai 500 ekor. Bibit ayam diperolehnya dari pulau jawa, biasanya pengiriman bibit ayam hanya 200 ekor.
“Saya ga mau kayak boiler, perdatang 200, biar panennya ga putus itu triknya biar ga kosong dikandang,” ujarnya.
Untuk Bibit ayam yang biasa dikirim masih berumur 0-1 hari, pengirimannya lewat jalur udara. Ayam kampung herbal biasanya di jual seharga Rp 50.000-55.000 per ekornya.
Biasanya pelanggannya dari supermarket-supermarket, rumah makan dan konsumsi rumah tangga. Selama seminggu bisa menjual 50-100 ekor ayam kampung herbal.
“Biasanya dari supermarket minta 5-10 ekor karkas (yang sudah dibersihkan) setiap dua hari sekali,” ujarnya.
Tidak hanya ayam potong saja yang dijual tetapi ada juga ayam yang siap di konsumsi ayam yang sudah diungkep biasanya seharga Rp 62.000-67.000/ekor.
Menjelang hari raya, Kurniawan bisa mengantongi keuntungan hingga puluhan juta rupiah. Saat mendekati lebaran bisa menjual ayam seharga Rp 90.000/ekor.
“Kalau udah mau lebaran biasanya dapet keuntungan Rp 10.000.000 itu full keuntungannya aja Rp 10.000.000 ga dicampur sama modalnya,” ucapnya.
Peternakan ayam miliknya tidak terkendala dengan masalah penyakit yang serius seperti flu burung,menurutnya. Karena ayam-ayamnya mengkonsumsi minuman herbal tersebut jadi kebal terhadap penyakit.
” Kendala penyakit sih ga ada, paling cuma terserang penyakit karena ada ayam lain masuk kekandangnya jadinya terserang virus ayam lain, kalau dia (ayam) pilek kasih aja obat orang aja bodrek, kalo dia sakit mata kasih aja obat mata orang, kalau mencret kasih aja oralit, kalo udah ngeringkuk kasih aja paracetamol, besoknya langsung lari-lari lagi,” terang dia.
Menurutnya, warga Desa Taman Sari, Kabupaten Pesawaran tidak mempermasalahkan adanya peternakan ayam miliknya yang berada di sekitar rumah warga dikarenakan perternakannya tidak menimbulkan bau yang mengganggu warga karena ayamnya mengkonsumsi herbal mengakibatkan kotorannya tidak bau. (hani/pkl/asf)