bumilampung.com – Ubi kayu merupakan komoditas yang memiliki prospek sangat cerah.
Jika dulu dipandang sebelah mata, kini ubi kayu menjadi primadona yang diperebutkan. Industri bahan pangan, aneka industri kimia, bioetanol.
“Bahkan yang tebaru, bioplastik, semua membutuhkan suplai bahan baku ubi kayu. Wajar kini harga ubi kayu sangat menggairahkan”, terang Kepala Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung, Dadan Sunarsa, saat membuka perbincangan dalam sebuah kesempatan panen ubi kayu di kebun percobaan BPP Lampung, Senin (12/08/2019).
“Oleh karena itu sebagai lembaga pelatihan pertanian dengan basis wilayah penghasil ubi kayu, sudah semestinya kita memberikan support bagi pengembangan komoditas unggulan ini”, tegas Dadan kepada para pejabat struktural dan Fungsional Widyaiwara ikut serta melaksanakan panen tersebut.
Sebagaimana diketahui, Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung merupaka UPT Pengembangan SDM yang bernaung di Bawah Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementerian RI dengan wilayah kerja empat Provinsi regional Sumatera bagian Selatan meliputi Provinsi Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Bangka Belitung.
Bukan cuma Lampung, kini di beberapa wilayah Sumbagsel juga sedang gencar mengembangkan ubi kayu. Salah satunya, di Kabupaten Bangka Tengah.
“Menurut informasi yang telah sampai kepada kita, dalam waktu dekat pihak Bupati Bangka Tengah berencana hadir ke BPP Lampung untuk secara khusus menjajagi kerjasama pengembangan SDM, salah satunya untuk budidaya ubi kayu. Di sana pengembangan ubi kayu merupakan hal baru sehingga masih membutuhkan support pengetahuan dan teknologi, khususnya tekologi budidaya,” papar Kepala BPP itu.
Dalam kesempatan bincang-bincang tersebut, Widyaiswara Penanggung jawab pengembangan ubi kayu di BPP Lampung, Ahmad Suryanto, juga berkesempatan melaporkan progress kesiapan BPP Lampung dalam mendukung pengembangan SDM perubikayuan.
Menurutnya pada aspek budidaya, tema yang diangkat oleh BPP Lamung adalah mengenai budidaya ubi kayu berkelanjutan (sustainable) berbasis konservasi lahan.
“Sebaimana diketahui, ubi kayu adalah tanaman yang sangat rakus unsur hara. Jika tidak dilakukan teknis budidaya yang baik dan memperhatikan aspek konservasi, tanah akan cepat terkuras kesuburannya. Secara kasat mata, dalam satu siklus produksi untuk umbinya saja yang keluar dari tanah sebesar rata-rata 30 ton. Belum lagi batang dan daunnya. Oleh karena tu aspek konservasi lahan menjadi sesuatu yang harus serius diperhatikan. Salah satu strateginya adalah melalui teknologi integrasi ubi kayu dengan ternak” tambah Ahmad Suryanto.
Lebih lanjut Ahmad menjelaskan bahwa melaui integrasi ubi kayu dengan ternak, yaitu sapi atau kambing, banyak keuntungan yang bisa diperoleh petani.
Selain dari umbi sebagai sumber pendapatan pokok, petani bisa memanfaatkan limbah daun, sisa kulit, serta onggok sebagai bahan pakan ternak dengan mengolahnya menjadi silase.
Sementara dari ternak sapi atau kambing bisa dihasilkan daging atau susu serta kotorannya bisa digunakan sebagai pupuk organik untuk dikembalikan ke tanah.
“Prinsipnya, agar tanah tetap subur, jumlah bahan organik yang keluar dari lahan harus digantikan kembali,” demikian jelas Ahmad lebih rinci.
“Untuk keperluan itu, silakan fasilitas yang ada dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, baik lahan kebun ubi kayu, peternakan sapi bali, instalasi pengolahan pakan dan pupuk organik sampai ke instalasi biogas”, terang Kepala BPP Lampung memberi arahan kepada karyawan BPP Lampung yang hadir.
Lebih lanjut Ahmad Suryanto memaparkan bahwa dari sisi Pasca Panen dan Pengolahan Hasil, tema yang diangkat adalah Diversifikasi untuk Ketahanan Pangan.
“Sebagaimana kita ketahui, ubi kayu merupakan bahan potensial untuk dijadikan sumber bahan pangan pokok maupun aneka kuliner. Dalam hal ini BPP Lampung siap degan paket pelatihan pasca panen dan pengolahan guna membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan produk setengah jadi yaitu tapioka dan Mocaf (Modified Cassava Flours), serta pengolahan lanjutan seperti beras artifisial, pempek, mie, kukis, dan lain-lain,” jelas Ahmad yang memang basic keilmuannnya di bidang pasca panen dan pengolahan hasil pertanian.
Terkait dengan hal di atas, Kepala BPP Lampung kembali menegaskan untuk mengoptimalkan sarana yang sudah ada baik berupa pabrik kecil (mini plant) pengolahan tapioka, instalasi pengolahan Mocaf, serta laboratorium pengolahan hasil untuk pengembangan aneka kuliner.
“Melalaui upaya yang telah sama-sama dilakukan ini, kita berharap bisa memberi sumbangsih bagi kemajuan dan kesejahteraan petani ubi kayu dan yang lebih penting lagi bisa menjadi pemberat catatan amal kebaikan kita ”, pungkas Kepala BPP Lampung kepada seluruh karyawan yang ikut hadir dalam kesempatan tersebut. (rls/asf)