LAMPUNGBARAT-Fluktuasi harga jual sejumlah produk hortikultura di Kabupaten Lampung Barat (Lambar) ternyata minim solusi.Pemkab dan satker terkait mati gaya untuk mencari formula penanganan harga yang disebut memicu kerugian petani itu.
“Harga jual produk hortikultura yang fluktuatif terjadi hampir setiap tahun. Ban berkaitan dengan itu Pemkab Lambar dalam hal ini Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) tidak bisa berbuat banyak alias tidak menemukan solusi berkaitan dengan menstabilkan harga jual di pasaran, agar tidak lagi merugikan petani,” ujar Kabid Hortiltura Nana Sukmana, mendampingi Kepala DTPH Lambar Noviardi Kuswan kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu (7/3).
Dikatakan, yang menjadi fokus pihaknya yakni meningkatkan produksi dan kualitas yang dihasilkan petani hortikultura. Lalu, berkaitan dengan harga jual di pasaran mau tidak mau petani juga harus mengikuti ilmu pasar, dimana saat pasokan produk hortikultura dari wilayah lain meningkat, maka harga jual akan menurun.
”Kalau untuk masalah harga kami tidak bisa berbuat banyak, dan yang menjadi fokus pemerintah daerah yakni melakukan pembinaan terhadap petani bagaimana cara pengolahan yang baik untuk bisa meningkatkan hasil produksi da juga kwalitas yang dihasilkan,” tegas Nana.
Menurutnya, untuk solusi menghindari anjloknya harga jual produk hortikultura yang dihasilkan sebenarnya ada pada petani itu sendiri. Petani harus bisa mensiasati jenis tanaman yang ditanam agar tidak sama dengan jenis yang banyak ditanam di daerah lain yang juag sama-sama sebagai pemasok produk hortikultura.
”Misalkan di daerah lain itu banyak menanam cabai, maka petani kita jangan menanam cabai, karena saat sama-sama panen maka harga jualnya rendah. Yang pada intinya komoditas yang ditanam jangan sampai sama dengan komoditas yang ditanam petani di wilayah lain,” kata dia.
Selain itu, petani di Lambar juga sudah sempat membangun kerjasama dengan salah satu perusahaan yang siap menampung hasil produksi yang dihasilkan petani, namun ada masalah pada harga jual dimana perusahaan tersebut memberikan patokan harga standar, yang sebenarnya itu akan cukup menguntungkan petani.
”Dulu ada perusahaan siap menampung buah cabai yang dihasilkan petani, tetapi karena harga yang diberikan salah stau perusahaan tersebut dianggap redah maka sepertinya itu tidak berlanjut. Jadi memang pemerintah daerah tidak bisa mengatur soal harga jual komoditas hortikultura di Lambar yang memang fluktuatif,” kata dia.
Seperti diketahui, harga komoditas hortikultura dalam beberapa pekan terakhir anjlok, hal tersebut membuat banyak petani di Lampung Lambar, harus merugi jutaan rupiah, sudah beruntung jika petani bisa mengambalikan modal yang telah dikeluarkan.
Beberapa jenis komoditas hortikultura yang harga jualnya anjlok yakni, tomat di tingkat petani dijual dengan harga Rp900/Kg, wortel Rp700/Kg, Kol Rp800/Kg , Cabai Merah Taro Rp9.000/Kg, sawi putih Rp300/Kg, hanya ubi jalar yang harganya masih lumayan tinggi yakni masih dihargai sebesar Rp2.300/Kg.
Anjloknya harga jual beberapa komoditas tersebut terjadi hingga 300 persen dibandingkan dari harga jual di beberapa pekan sebelumnya, hal ini tentunya membuat banyak petani harus mengalami kerugian. (esa/tam)