bumilampung.com – Bertani vanili memang jarang dilakukan oleh para petani. Padahal, kini vanili merupakan barang dengan harga yang cukup mahal. Bahkan tembus dengan harga Rp.200 Ribu Per Kilogram (Kg).
Seperti yang diutarakan Turmin, salah seorang petani vanili di Desa Gunung Rejo, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Ia mengtakan bahwa tanaman vanili ini masih langka. Banyak orang yang belum mengetahui tentang vanili ini.
Bahkan dulu tanaman vanili ini sempat ramai di berbagai petani, tetapi banyak yang sudah punah. Produktivitasnya yang meningkat membuat petani mendapatkan keuntungan yang sangat tinggi.
Tanaman vanili ini ditanam pada musim penghujan. Karena pada saat penanaman bibit vanili membutuhkan air yang cukup banyak, maka tidak cocok ditanam pada musim kemarau. ”Proses pemanenan vanili ini berlangsung dalam satu tahun sekali. Itupun dalam proses penjagaannya pun sangat ketat,” terangnya.
Dijelaskannya, Ia memiliki lahan yang digunakan untuk bertani vanili tersebut sekitar ¼ hektar. Pada ¼ hektar itu dapat menanam bibit vanili sekitar 500 batang. Namun, 200 batang vanili yang beruah.
“Pada saat proses menanam bibit vanili itu batangnya yang ditanam ke dalam tanah di potong 3 ruas ditanam. Fungsinya ditanam 3 ruas tersebut agar mengirit bibit vanili. Tidak memakan banyak vanili, jadi dapat menghemat proses pembibitan,” katanya.
Pada proses perawatannya vanili ini, lanjut Turmin, termasuk tanaman yang sangat mudah untuk dirawat. Tetapi harus memiliki kandungan air yang cukup banyak. “Proses perawatannya itu dengan cara Polinasi atau menstransfer serbuk sari dari benang sari. Karena tanpa proses polinasi itu tanaman vanili tidak bisa berbuah dengan baik, itupun dalam proses polinasi harus 1 buah vanili yang harus disuntikkan,” ujar petani vanili ini.
Tanaman vanili ini pun mempunyai masalah atau penyakit, seperti pada tanaman lainya. Penyakit pada tanaman vanili ini yaitu batang leles,dikarenakan ditumbuhi jamur.
“Obatnya pun untuk sekarang ini petani belum tau. Belum banyak petani yang mengetahui obat tersebut, karena kalau sudah layu otomatis tidak bisa ditanam lagi. Jadi ya dibuang saja, daripada penyakitnya menular,” tambah dia.
Tanaman vanili ini selain menghasilkan keuntungan yang tinggi juga memiliki dampak atau masalah pada petani. Dampak yang ada pada petani adalah dalam faktor ekonomi. Karena dalam proses penjualan harga yang dipasarkan sangat berbeda-beda. Itu yang membuat para petani bingung dalam menjualnya.
“Kalo dalam media sosial itu harganya sudah Rp.400.000,00 keatas itu pun yang masih basah, tetapi pada masyarakat yang ingin membeli vanili itu harganya sangat berbanding terbalik yaitu Rp.200.000,00 per kilo yang masih basah. Apalagi yang sudah kering bahkan harganya sampai jutaan lebih,” imbuh dia.
Diakui Turmin, dirinya masih dalam proses pembelajaran. Tetapi pada pembelajaran saja sudah menghasilkan keuntungan yang cukup tinggi. “saya menanam vanili ini baru pertama kali itupun baru belajaran. Baru 2 tahun awal saja sudah mencapai 25 kg dengan harga jual Rp.250.000,00 pada 1 tahun yang lalu,” ujar petani vanili.
Dalam pencarian bibit vanili ini petani mencari ke daerah-daerah yang banyak menghasilkan vanili. Harga bibit vanili permeter Rp.10.000,00. Nah, dalam 1 ruas bisa mencapai Rp.2.000,00.
Untuk harga, tentu saja harga kering lebih mahal dari yang basah. “Kalau yang sudah kering warnanya hitam dan berbau wangi, tetapi kalau yang masih basah warnanya hijau dan tidak berbau,”kata petani vanili. (khintan/pkl/asf)