BERBAGI

Bumilampung.com – Joget Amerta movement yang ditampilkan dalam gerak bersama oleh Mara poliak, Margit Galanter, Frances Rosario, Diane Butler (Amerika), Anna Thu Schmidt, Bettina Mainz dan Rolf Mertig (Jerman), Moris Shakaia (Russia), Riyanto (Jepang),

Conor (Irlandia) dan keith Miller (Inggris). Pada sesi akhir pementasan, Jum’at sore (24/1/2020) di situs megalithic baru rumah Baduy kota budaya Uluan Nughik Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) seakan hendak menyampaikan pesan filosofi dalam ruang yang sangat dalam.

BACA JUGA  Bank Lampung Beri Jaminan Kesehatan Pekerjanya Dengan Lakukan Rapid Test Secara Periodik

Pesan mengajak semua pihak membangun daerah Bumi ragemsai mangei wawai maju, sejahtera dan berdaya saing serta menjadikannya daerah yang Terdepan, Optimis dan Pasti Maju (TOP) dalam falsafah masyarakatnya yang Nemen, Nedes dan Nerimo (Nenemo) di ruang kesederhaan, kesetaraan, dan kelestarian begitu menyentuh kalbu dalam ruang bathin yang tak terlukiskan.

Bupati Umar Ahmad, pejabat tinggi pratama, budayawan dan sejumlah penonton juga tampak terpesona dan begitu menikmati tarian kontemporer ” Listening to the Wood breathing in the Dark” yang disuguhkan solo oleh panari Anna Thu Schmidt asal Jerman dengan iringan musik komposer Edithya Rio sontak memecah keheningan dalam ruang kekaguman.

BACA JUGA  Plt. Bupati Lamsel Dampingi Kunker Anggota Komisi IV DPR RI Di Natar

Pada Jum’at sore (24/1/2020) itu di situs megalithic baru rumah baduy kota budaya Uluan Nughik kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) sekira pukul 16.46 Wib, seolah tenggelamnya matahari sunset menjadi saksi akhir sesi pementasan pada hari ketiga event seni budaya internasional yang bertajuk” sharing time megalithic mellinnium di Bumi Ragemsai Mangei Wawai Tubaba.

BACA JUGA  Program Bunga Kampung, Inovasi Bupati dan Wabup Lampung Tengah

“Tarian itu menyampaikan pesan tentang berbuat keselahan adalah suatu hal yang manusiawi, mengulangi kesalahan adalah perbuatan iblis,”terang direktur event sharing time megalithic mellinnium Art Semi Ikra Anggara.

Lebih lanjut dikatakannya bahwa, orang yang dikatakan keliru apabila ada kealpaan tanpa niat dengan sengaja, melakukan sesuatu.

“Tarian itu juga menceritakan kesunyian dalam kegelapan,” perjalanan hidup manusia,” jelasnya.(sanur)

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here