BERBAGI

BANDARLAMPUNG – Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Lampung H. Ahmad Mufti Salim, LC, MA. menantang Gus Miftah Maulana Habiburrahman melakukan debat terbuka. Baik di depan Majelis Ulama Indonesia (MUI), para kyai, ulama dan Gubernur Lampung. Pasalnya, ungkapan yang disampaikan Gus Miftah bahwa paham PKS identik dengan wahabi adalah ngawur.

”Ngawur ini yang disampaikan Gus Miftah. Sudah cara menterjemahkan tidak benar, cara menafsirkan tidak komprehensif. Saya mengajak Gus Miftah untuk ngaji bareng, ayo buka tafsir kitab ahli sunnah wal jamaah. Di depan ulama Lampung karena ceramahnya di depan Gubernur Lampung dan Ketua MUI. Ayo kita buka kitab tafsir ahli sunnah wal jamaah, bagaimana cara yang benar menjelaskan ayat itu. Di depan ketua MUI, Prof. Mukri bahkan di depan Gubernur Lampung pak Arinal Djunaidi serta ulama se Provinsi Lampung. Mari kita ngaji bareng, Gus Miftah yang salah atau saya yang salah memahami. Karena PKS tidak seperti itu, sebarkan paham wahabi. Ini tantangan untuk Gus Miftah, mudah-mudahan segera dijawab,” tegas Ahmad Mufti Salim.

BACA JUGA  Program UHC Lampung Selatan: Jaminan Kesehatan untuk 99,29% Warga

Ahmad Mufti Salim juga menilai, ceramah Gus Miftah di Lampung Selatan belum lama ini selain profokatif, juga sembrono dalam menjelaskan ayat 48 surat Al An’am. Sembrononya seperti apa, dalam menerjemahkan kata mubassyirin wa munzirin. Ia menjelaskan kata mubassyirin itu menyenangkan, munzirin menakut-nakuti.

“Ini menerjemahkan yang salah. Mubassyirin itu artinya memberi kabar gembira bukan menyenangkan. Sedangkan munzirin yang betul bukan menakut-nakuti tapi memberi peringatan,” jelasnya.

BACA JUGA  DPT Pilkada 2024 Masih Amburadul

Yang kedua, salah dalam mentafsiri ayat mubassyirin wa munzirin. Seolah-olah rasul itu tugasnya hanya mubassyirin. Padalah dalam ayat pakai kata wa bukan au. Dua-duanya tugas rasul. Ya mubassyirin (memberi kabar gembira) dan munzirin (memberi peringatan).

Tafsir yang dilakukan Gus Miftah ini, lanjut Ahmad Mufti Salim adalah cara yang tidak tepat. Terlebih dampaknya dari menterjemahkan dan cara menafsiri yang salah tadi berdampak pada adu domba antar umat, merendahkan dan lainnya.

BACA JUGA  Bank Lampung Resmi Kolaborasi dengan Bank Jatim 

Maka setiap kita menafsiri sebuah ayat mesti dengan tafsir yang benar tidak ngawur, tidak sembrono apalagi dapat berdampak pada retaknya persatuan umat.

Diketahui, dalam ceramah Gus Miftah menyampaikan, yang suka menyenangkan itu NU, yang suka menakut-nakuti, itu wahabi. Wahabi itu seperti di Indonesia identik dengan PKS. (een)

BERBAGI

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here