BANDARLAMPUNG-Staf ahli anggota DPR RI Mukhlis Basri, Andri Meri mengeluhkan dan pempertanyakan pelayanan prosedur penanganan virus Corona atau Convid 19 di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM). Padahal, RSUDAM sebagai rumah sakit rujukan pelayanan virus Corona di Provinsi Lampung.
Berikut kronogis keluhan yang disampaikan Andri Meri padahal hari Senin 23 Maret 2020.
Kronologi :
Karena ingin mengikuti protokol pemerintah tentang Penanganan CONVID-19, salah satunya apabila telah bepergian keluar kota ke wilayah yang mengalami wabah Corona utk memeriksakan diri ke pelayan RS yang telah ditunjuk pemerintah dan atas saran temen temen.
Bahwa pada tanggal 20 Maret 2020 saya menjemput Anak di Kuningan Jawa Barat, dimana seluruh santri harus dipulangkan ke orangtuanya segera dari Karantina Tahfidz Al Qur’an oleh pengasuh pondok setelah disarankan oleh Pemkab setempat. Kebijakan itu terasa mengagetkan, dan menurut cerita santri dewasa, salah satu santri asal Depok mengalami sakit, yang kemudian ditracking oleh dinkes depok dan dinkes kuningan beserta koramil utk mengecek keberadaan santri tersebut dipondok. Kemudian membawa santri tersebut ke RS setempat dan dijemput orangtua santri pulang ke Depok.
Sudah 3 hari sejak pulang dari Kuningan, kami sekeluarga meng-karatina di rumah.
Hari ini Senin 23 Maret 2020, saya beserta keluarga ke Rumah Sakit Umum Abdoel Moeloek di Bandar Lampung utk konsultasi prosedur pemeriksaan Corona sekitar pukul 09.30 tiba dipelataran parkir pelayanan medical check up, lalu bertanya pada tukang parkir dimana posko pelayanan corona, dan dijawabnya “ada dibelakang atau langsung ke IGD, silahkan parkir ke balakang”.
Setelah parkir, (keluarga saya minta utk di mobil saja) saya bertanya kepada salah seorang sekuriti dimana posko konsultasi corona, sekuritinya terlihat bingung, lalu saya menegaskan kpd sekuriti utk ke IGD saja.
Sampai di IGD oleh sekuriti ditanya “bapak mau kemana?, saya jawab mau konsultasi masalah Corona. Kemudian sekuritinya mengarahkan untuk langsung temui dokter di dalam ruang IGD. Dengan pertanyaan yang sama di meja perawat IGD, yang dijawab utk ke POLI Paru-Paru.
(Sambil berjalan ke POLI Paru-Paru saya menggumam dalam hati “Koq RS rujukan Corona seperti ini tidak seperti yg banyak dibincangkan dan diberitakan. )
Sesampai di POLI Paru-Paru, saya bertanya hal yang sama dengan petugas yang menjaga meja informasi, Saya kaget karena petugas menjawab dengan jawaban diluar asumsi saya, ” BAPAK MAU BAYAR PAKE APA?” Itulah jawaban petugas wanita berbaju dinas biru. Saya tegaskan bahwa saya mw konsultasi ttg prosedur pengecekan Corona bagaimana? Si petugas kemudian menekan tombol disalah satu mesin yang ada dan menyerahkan struk agar saya ke loket 7.
Di Loket 7, saya dipersilahkan oleh petugas dengan meminta struk dan saya bertanya lagi dengan hal yang sama dan dijawab oleh petugas wanita berbaju dinas biru “lihat KTP nya”, kemudian saya serahkan KTP, dan saya jawab beberapa pertanyaan termasuk no HP saya. Sambil menginput data saya bertanya lagi hal yang sama dan dijawab “iya didaftarin dulu kalau mau konsultasi”. Setelah selesai petugas mengarahkan agar ke meja pojok sebelah loket 7.
Dimeja itu ada petugas wanita dengan menggunakan pakaian APD warna putih, kepada petugas tersebut saya ulangi lagi maksud kedatangan saya, dan lagi lagi jawabannya diluar perkiraan saya “iya dicatat dulu, apa keluhan bapak?” Saya lalu berpikir akan mengikuti apa maunya petugas petugas ini.
Saya jawab “saya batuk”,
Petugas : “batuknya kering atau berdahak?”
Saya : “berdahak”
Petugas : “sudah berapa lama?”
Saya : “seminggu”
Petugas : “bapak demam?”
Saya : “tidak”
Petugas lalu mengambil alat pengecek suhu tubuh dan mengarahkan ke wajah saya dan melihat angka dialat sambil berucap pelan 33 dan mencatat di kertas.
Petugas : “pernah mengukur berat badan sebelum sebelumnya ?”
Saya : “sudah, 63 kg”
Petugas mencatat dan tiba tiba menyodorkan kertas lalu berkata “SILAHKAN BAYAR DI KASIR”.
Saya lalu bilang “pakai BPJS bisa ?” Petugas bilang “tidak bisa, kenapa tadi tidak bilang disitu (loket 7), memang pakai BPJS apa?”
Saya : “BPJS Ketenagakerjaan Staf Ahli DPR RI”.
Si petugas langsung berdiri dan memanggil temannya diloket 7, sambil diskusi lalu mereka kembali menemui saya dan berkata : “Ga bisa pak pakai BPJS kalo mau mengecek bapak kena tidak corona, kalo bapak sdh kena baru ditanggung negara”.
DISINILAH TERJADI PERDEBATAN DENGAN PETUGAS-PETUGAS TERSEBUT, Saya katakan “dari awal bahwa saya mw bertanya dan berkonsultasi masalah Corona karena saya habis keluar kota bagaimana malah ibu jawabnya iya didaftarin, di catat dulu tiba tiba suruh bayar” (sampai 3 kali saya ulangi menimpali jawaban petugas).
Akhirnya petugas bilang “BAPAK MAU BAYAR GA?”
Saya : “TIDAK MAU BAYAR, KARENA SAYA HANYA MAU BERTANYA PROSEDURNYA SEPERTI APA UNTUK PEMERIKSAAN CORONA, BERKAS APA YANG HARUS SAYA SIAPKAN KOQ JADI SPERTI INI”
Petugas sambil berkata kepada kepada temannya tadi dgn membawa berkas “ini ga bayar, ga jadi”
Saya langsung berjalan dan bilang “Ibu namanya siapa?”
Petugas : “SAYA ROSMALADEWI DAN INI RAISA (petugas loket 7), SILAHKAN KALO MAU DIRAMAIKAN”
Saya pulang dan mengkarantina keluarga lagi. Anjuran pemerintah dan saran teman-teman sudah saya ikuti tapi kenyataan pelayanan jauh dari harapan. RSUAM Provinsi Lampung seharusnya membekali kepada petugas sekuriti, perawat dan petugas lainnya di RS tentang fasilitas pencegahan CONVID-19, karena merekalah yang akan ditanya dulu oleh orang orang yang akan memeriksa atau mencari info tentang corona dan sebagainya.
Hanya kepada Allah SWT memohon lindungan dan kesehatan untuk keluarga saya. Aamiin.